Racing

Cute

Behind The Mic

Kota

Features

Feature

» » » Komodo, Destinasi Wisata yang Seksi dan Eksotis





Manggarai Barat - Butuh waktu sekitar dua jam lebih baru tiba di Loh Buaya atau Pulau Rinca Komodo. Pulau yang baru saja di helatnya Sail Komodo tersebut memang menawarkan keindahan. Tak hanya bisa melihat langsung dari dekat jenis binatang yang baru saja dinobatkan sebagai salah satu keajaiban dunia tersebut, diperjalanan menuju Loh Buaya pun kita akan melihat keindahan alam dan gugusan pulau pulau kecil nya yang eksotik. 

Pulau Komodo memang menjadi pilihan wisata bahari yang menyenangkan saat ini. Cukup menaiki Kapal yang bisa menampung sekitar 30 orang, kita akan bisa tiba di pulau yang luasnya sekita 19 ribu kilometer persegi tersebut.

Berangkat dari pelabuhan Desa Labuhan Bajo lewat jalur pelabuhan Pelni sekitar pukul 07.00 paggi, kami dan rombongan wartawan se Bali dan Nusra tiba di Pulau Komodo sekitar pukul 09.00. Kedatangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, disambut hangat oleh para Ranger (Sapaan untuk para penunjuk jalan,red). Sebelum diantar keliling oleh Para ranger, wisatawan diwajibkan membayar tiket seharga Rp 2.500.

Sebelum berkeliling, Ranger bertugas memberikan penjelasan lebih awal tentang kondisi Pulau Komodo. Termasuk tiga pilihan rute yang disediakan, masing - masing Long trek, dengan waktu tempuh selama dua jam atau jarak keliling untuk bisa melihat Komodo sepanjang enam kilo. Kemudian, Short trek dan medium trek. Rombongan akhirnya memilih untuk menggunakan Short trek, dengan jarak tempuh yang lumayan tidak jauh, namun tidak bisa dijanjikan bisa lebih banyak dan sering melihat Komodo.

Sembari berjalan, Ranger rombongan, Ipank  mengaku, jumlah populasi Komodo sekarang sekitar 280 ribu. Kian tahun pun pertumbuhannya tidak terlalu signifikan. Karena
telur yang menetas dan menjadi Komodo dewasa hanya sebian saja. "Sekali bertelur,jumlahnya bisa mencapai 15 sampai 30 telur. Namun saat menetas, jika tidak didukung oleh cuaca yang baik, maka telur banyak yang tidak berhasil menetas," ujarnya.

Tidak hanya itu, menurut dia, gagalnya telur menetas juga karena di makan oleh  induk Komodo atau Komodo lain yang sangat lapar. "Yang selamat menetas dan tumbuh dewasa sekitar 60 persen saja," tuturnya dan menambahkan untuk waktu musim kawin Komodo sekitar  bulan Juni dan Juli, Agustus sampai september sudah menetas.

Komodo sendiri merupakan hewan yang memiliki insting menyerang tinggi dan pembunuh atau predator. Untuk makanannya, Kata Ipank, hewan - hewan liar yang berada di pulau tersebut. Seperti  Rusa, Kerbau, Babi, Kuda liar, Ular dan Monyet. "Kami sengaja tidak memberi makan, karena sama saja menghilangkan kelangkaan dan survive nya Komodo. Jika sering diberi makan, Komodo tidak lagi menjadi liar," terangnya.

Ditanya tingkat kunjungan wisatawan setelah terpilih menjadi salah satu keajaiban dunia, Ranger lain, Ridwan mengaku semakin meningkat. Setiap hari tetap saja ada kunjungan. Baik itu dari wisatawan Lokal maupun mancanegara. "Yang lebih banyak datang itu turis dari Amerika, Inggris dan Prancis," sebutnya.

Dengan banyaknya kunjungan, pihak pengelola pun praktis menambah para Ranger. Sekarang jumlahnya mencapai puluhan orang. Ditambah dengan para siswa dari SMKN 1 Kota Bima yang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di lokasi wisata tersebut.

Wisatawan yang datang banyak setiap hari. Yng paling banyak, amerika, inggris dan Prancis. Tapi tahun ini lebih banyak orng indonesia.  Keberadaan Komodo sendiri memiliki waktu waktu tertentu agar bisa dilihat. Jika musim hujjan tiba, seperti pada bulan November sampai Januari, dipastikan Hewan yang dilestarikan itu bakal jarang dijumpai. Mereka lebih sering bersembunyi, karena dingin. Selebihnya, jika musim panas, seperti sekarang, maka Komodo akan berkeliaran.

Tak terasa, waktu kunjungan harus dihentikan karena rombongan wartawan harus kembali mengikuti pelatihan jurnalistik. Namun sebelum itu, di jalur Short Trek, para Ranger juga membawa wisatawan untuk mengunjungi puncak gunung kecil untuk melihat pemandangan gugusan pulau pulau kecil dari ketinggian. Semoga saja, destinasi wisata yang elok di Timur Indonesia ini tetap menjadi aset berharga yang bertahan dari generai ke generasi. (ahmad rifai)

Nyubee

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply

Select Menu